‘Harga Berbasis Nilai dan Kualitas’ dari Kontenesia (Lamunan Minggu Pagi)

by - 8:20 PM


Hari ini sudah ketiga kalinya bubur ayam jadi menu sarapan. Tidak ada yang istimewa, tapi ada satu hal yang menggelitik hatiku. Karena ini hari minggu, aku ingin jalan pagi dan sarapan di luar. Lagi dan lagi bubur ayam menarik perhatianku. Tanpa banyak mikir dan didorong rasa lapar, kaki ini melaju ke stan penjual bubur ayam.

Awalnya sempat ragu karena stan itu nggak ramai seperti yang lain. Tapi aku terlanjur kepincut dengan tagline yang ditempel gede-gede di atas gerobaknya. “Coba Dulu Baru Komentar” Empat kata yang sukses membuatku seperti ditantang dan penasaran.

Setelah memesan, aku mencari tempat duduk di pojokan (spot favorit dimanapun berada). Beberapa menit kemudian buburku datang dan penyajiannya langsung menarik perhatian. Mangkuk, piring kerupuk dan cara topping ditata nggak asal. ‘Eye Catching’ ala-ala resto gitu, sayang lupa difoto (maafkan). Selera makan meningkat maksimal dan rasanya enak. Lebih enak dari abang bubur langganan malah.

Tapi level kebahagian menurun perlahan saat membayar. Mahalnya pake banget dan mungkin ini alasan kenapa nggak banyak orang yang mampir makan. Sambil masih shock menunggu kembalian, berleha-leha sejenak di stan bukan hal buruk. Toh tempatnya sepi dan suasana santai sambil melamun sangat mendukung. Di momen itulah bayangan tentang freelance writer dan Kontenesia berseliweran. 

Stan bubur ayam – Freelance writer – Kontenesia

Tiga hal tersebut melayang di atas kepala hingga akhirnya membentuk garis lurus yang menarik. Semakin jelas lagi ketika mata ini menangkap hal di sekitar yang ku abaikan sejak tadi. Kamu tahu, stan bubur tersebut berada di spot terbaik di foodcourt ini. Tendanya dikelilingi pohon rindang dan dekat dengan kolam ikan. Dekorasinya didominasi bambu yang menambah kesan alami. Pembeli yang datang juga nggak sembarangan dan seperti tersegmentasi (kesan pribadi ya…).

Lalu apa hubungannya dengan freelance writer dan Kontenesia? Ada satu kesamaan. Ringkasnya aku sebut dengan “harga berbasis nilai dan kualitas.”

Jika dihitung, sekitar dua tahun sudah aku mengisi waktu luang sebagai freelance writer. Dan baru setahunan resmi bergabung di keluarga besar Kontenesia. Di tempat itulah untuk pertama kalinya aku dihargai sebagai content writer lepas. Bukan sekadar soal bayaran (meski ini tujuan awalku). Ini lebih dari itu karena menyangkut kepuasan, karya dan nilai-nilai di dalamnya.

Guys, jika kamu mencari lowongan freelance writer, Kontenesia adalah salah satu tempat terbaik yang recommended. Tulisanmu dibayar mahal (sudah pasti), kemampuanmu terasah dan terus tertantang untuk berkembang. Lalu, buat kamu yang sedang mencari jasa penulis freelance berkualitas, Kontenesia adalah jawabannya. Penulis Kontenesia bekerja dengan hati, detail dengan kata dan teliti mengumpulkan data.
“Kontenesia berkomitmen menghadirkan tulisan terbaik lewat penulis pilihan. Kami percaya tulisan adalah media komunikasi terkuat untuk menyampaikan ide/pesan ke khalayak ramai.”

Terus hubungannya dengan stan bubur ayam tadi apa? (hehe.. maaf jalan cerita sedikit menikung agar lebih berwarna). Jadi, kesamaan antara keduanya ialah ANTI-MAINSTREAM. Sekali lagi kukatakan, keduanya sama-sama mengusung tentang “harga berbasis nilai dan kualitas.”

Kamu tahu harga rata-rata makanan di foodcourt itu berkisar Rp10 ribu hingga Rp20 ribu (normal). Tapi, itu abang bubur ayam berani-beraninya mematok harga 2 kali lipat. Begitu pula dengan Kontenesia. Aku kasih tahu ya, memesan jasa penulis Kontenesia itu MAHAL. Di tempat lain, 500 kata per artikel itu paling mahal Rp 15 ribu. Itu pun sudah dapat gambar. Bahkan ada yang 500 kata cuma Rp5 ribu per artikel (miris).

Sedangkan di Kontenesia, coba tengok sendiri deh harga dan detailnya di sini. Kamu para pebisnis online mungkin akan berpikir dua kali untuk memesan jasa kami di Kontenesia dan mencari tempat yang lebih murah. Tapi, seperti tagline abang bubur ayam tadi “Coba Dulu Baru Komentar” (ijin copas ya Bang, kalau mampir dan baca tulisan ini).

Harga yang dipatok Kontenesia itu berdasarkan nilai dan kualitas yang dijunjung tinggi para penulis. Inilah kenapa aku merasa dihargai sebagai content writer dan termotivasi berkarya lebih baik. Untuk menghasilkan sebuah tulisan kami melakukan riset, mengumpulkan data yang relevan, memperhatikan SEO, merangkai kata sesuai segmen pembaca, tata bahasa sesuai EYD dan sebagainya.

Itu tidak mudah sodara-sodara dan sekedar hobi menulis saja tidak cukup. Butuh ketekunan dan latihan panjang untuk jadi expert (jeritan hati). Kontenesia adalah mediator paling berimbang untuk mempertemukan kebutuhan pencari jasa dan penulis freelance. Lingkungannya sehat dan kompetitif.

Kami para penulis Kontenesia seperti abang penjual bubur ayam. Sedangkan kamu yang jadi klien seperti pembelinya. Mahal memang, tapi kamu mendapatkan sepaket lengkap untuk menikmati sarapan pagi terbaik. Rasa lezat, penyajian keren, tempat nyaman dan suasana mendukung. Ada nilai kepuasan dan kebahagiaan.

Aku tidak jadi menyesal mampir ke stan ini, karena mereka memberikanku momen sarapan pagi yang manis. Satu lagi, pelayanannya ramah. Aku melamun sejam lebih sambil mandangin kolam, nggak diusir. Malah ditawarin segelas air putih lagi, gratisss lho dan mendapat salam ramah saat pulang. Minggu pagi yang indah… ^_^

Thanks Bang Bubur Ayam ’66’ dan domo arigatou gozaimashita Kontenesia.

#Kontenesia #KotaPahlawan #Surabaya #MeTime

You May Also Like

0 komentar